“Sewon at The Museum”, Jurus Baru Museum Tosan Aji Kenalkan Diri

PURWOREJO, epurworejo.com – Museum Tosan Aji Purworejo mencoba cara baru dalam mendekatkan diri dengan generasi muda melalui kegiatan belajar bersama bertajuk Sewon (Selasa Kliwon) at The Museum, Senin (29/9/2025) malam. Dan forum OSIS se-Kabupaten Purworejo yang ingin memperkuat eksistensinya sekaligus berkontribusi dalam dunia kebudayaan lokal diajak untuk diskusi bareng.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Purworejo, Dyah Woro Setyaningsih, menjelaskan bahwa gagasan Sewon at The Museum berawal dari forum pertemuan museum se-Indonesia. Saat itu, setiap museum diminta membuat event khas. Dari situ, Museum Tosan Aji menggagas Sewon at The Museum yang terinspirasi dari “Selasa Kliwon” atau Sewon.

“Awalnya kita buat konsep di Senin malam supaya anak-anak sekolah dan masyarakat umum bisa ikut, tidak terganggu rutinitas siang. Ternyata justru konsep itu mendapat apresiasi dan dianggap salah satu tema terbaik di seluruh Indonesia,” kata Dyah.

Namun, baru pada Senin malam inilah ide itu bisa diwujudkan. Antusiasme peserta, khususnya dari forum OSIS, bahkan di luar perkiraan.

“Respon anak-anak luar biasa. Banyak yang ingin datang lebih dari kapasitas. Tapi bagi kami yang penting forum ini menjadi bermakna untuk Museum Tosan Aji, karena kita bisa tahu apa yang sebenarnya diinginkan anak-anak muda,” ujarnya.

Baca Juga :  KPU Kabupaten Purworejo Simulasi Tungsura di TPS Desa Blimbing

Dyah menegaskan, kegiatan ini bukan sekadar kumpul-kumpul, melainkan ruang interaksi serius yang dikemas santai. Format acara dipilih dalam bentuk talkshow agar tidak monoton. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purworejo hadir, DPRD juga dilibatkan.

“Keterlibatan DPRD menjadi strategi pertanggungjawaban kegiatan. Kita ingin tunjukkan bahwa kegiatan ini tidak main-main, apalagi berkaitan dengan anggaran. Harus ada nilai dan manfaat yang jelas,” terang Dyah.

Selain dari kalangan OSIS, kegiatan juga mengajak komunitas pemerhati sejarah dan budaya lokal, seperti Purworedjo Walking Tour dan tokoh masyarakat yang peduli pada sejarah. Ada pula masukan dari kalangan SLB dan komunitas lain yang membuka ruang lebih inklusif bagi semua anak muda Purworejo.

Dyah berharap, Sewon at The Museum tidak berhenti pada pertemuan malam ini saja, melainkan bisa berkembang menjadi agenda rutin yang digelar bersama komunitas. Dengan demikian, museum tidak hanya menjadi tempat menyimpan benda sejarah, tetapi juga pusat interaksi, ide, dan kreativitas anak muda.

“Kita harus terus belajar menyesuaikan diri dengan keinginan generasi muda. Kalau kita antipati terhadap masukan seperti ini, museum akan tenggelam. Dengan adanya forum ini, anak-anak muda bisa semakin mencintai sejarah dan budaya Purworejo, sekaligus meneguhkan rasa kebangsaan mereka,” jelas Dyah Woro. (*)

Baca Berita Pantura

Loading RSS Feed
Loading RSS Feed
Penulis: Indra HadiEditor: Andi Susanto