BRUNO, epurworejo.com – Desa Cepedak, yang terletak di Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, menyimpan sejarah panjang yang menarik untuk ditelusuri. Meski asal-usul nama “Cepedak” tidak tertulis secara jelas dalam dokumen resmi, masyarakat setempat memiliki dugaan bahwa nama tersebut berasal dari buah cempedak, sejenis nangka.
Baca Berita Pantura

Namun, dugaan ini diragukan kebenarannya karena tanaman tersebut jarang ditemukan di wilayah desa ini.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Desa Cepedak, Eko Sarwanto, yang menjelaskan bahwa secara administratif dan historis, Desa Cepedak telah mengalami pergantian kepemimpinan sebanyak tujuh kali, sebelum akhirnya dipimpin oleh kepala desa saat ini.
“Desa Cepedak pernah dipimpin oleh tujuh kepala desa sebelum kepemimpinan saat ini. Kepala desa pertama dikenal dengan nama Glondong Djogo Menggolo, yang juga merupakan pembabat alas wilayah ini dan memerintah sekitar tahun 1933 hingga 1968,” jelas Eko Sarwanto, Kamis (29/5/2025).
Setelah Glondong Djogo Menggolo, jabatan kepala desa diteruskan oleh H. Syatibie bin Ibrahim (1968–1972), dilanjutkan oleh Siswan bin Kasri (1973–1988). Kemudian, K.H. Ahmad Baedhowie Ali Akbar bin H. Buchori menjabat pada periode 1989–1997. Kepala desa kelima adalah Jema’un, S.Pd bin Noto Miharjo (1998–2004), disusul oleh Purwo Supriyanto bin H. Syatibie (2005–2015). Sementara itu, Tatas Sudirohandojo bin Hardjo Soekarno memimpin dari tahun 2015 hingga 5 Januari 2021.
“Kepala desa saat ini, Sugeng Hariyanto bin Suyanto, resmi menjabat sejak 30 Juni 2021 untuk periode 2021–2027,” lanjut Eko.
Desa Cepedak terbagi dalam enam dusun, dengan total 34 RT. Desa Cepedak juga memiliki destiwisata unggulan yakni Curug Gunung Putri dan Gunung Bengkuk.
Kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat juga terpusat di hari pasaran tradisional, seperti hari Pon dan Kliwon, yang menjadi waktu ramai bagi aktivitas jual beli di pasar.
“Pasar biasanya mulai ramai sejak pagi sekitar pukul 08.00 hingga 09.00. Bahkan kendaraan pengangkut barang dan pedagang sudah berdatangan sejak pukul 04.00 pagi,” tambah Eko.
Pasar ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di seputar Desa Cepedak seperti Giyombong, Kambangan, Mranggen, Karanggedang, dan Pakisrum. Untuk pedagangnya pun berasa dari berbagai tempat, salah satunya dari Desa Brunorejo. (*)
Baca Berita Pantura
