SEMARANG, epurworejo.com– Cuaca ekstrem di beberapa wilayah di Jawa Tengah diprediksi terus berlangsung hingga Februari 2025.
Berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), beberapa wilayah diperkirakan akan menghadapi curah hujan intensitas menengah hingga tinggi.
“Puncak cuaca ekstrem antara Januari sampai Februari,” kata Penjabat (Pj) Gubernur Jateng, Nana Sudjana, di sela rapat koordinasi antisipasi bencana hidrometeorologi di wilayah Provinsi Jawa Tengah, bersama Kepala BMKG, di Kantor Gubernur Jawa Tengah.
Disampaikan, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng per 27 Januari 2025, telah terjadi 39 kali kejadian bencana, dengan rincian 29 banjir, 7 tanah longsor, dan 3 cuaca ekstrem.
Cuaca ekstrem pada awal 2025 ini, lanjutnya, mengakibatkan sekitar 15 kabupaten/ kota terdampak, baik berupa banjir maupun tanah longsor.
Dari peristiwa tersebut, korban meninggal dunia sebanyak 25 orang di Kabupaten Pekalongan, dan masing-masing 1 orang di Kabupaten Brebes dan Kendal.
Ditambahkan, untuk menghadapi perkiraan cuaca ekstrem tersebut, pihaknya sudah menyiapkan langkah-langkah antisipasi. Di antaranya, melakukan koordinasi di internal Pemprov Jateng, bupati/ wali kota, BMKG, maupun dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, pada dasarian III Januari sampai dasarian II Februari 2025, curah hujan menengah-tinggi diprediksi terjadi di sebagian besar wilayah Jawa Tengah. Bahkan, wilayah Pekalongan dan Batang bagian selatan, diprediksi curah hujan sangat tinggi.
Berdasarkan prediksi hujan harian, wilayah Jawa Tengah diperkirakan mengalami peningkatan curah hujan yang signifikan dalam beberapa hari ke depan, yakni pada 27 Januari-1 Februari 2025. Intensitas curah hujan tertinggi pada kategori lebat hingga sangat lebat.
Dwikorita mengimbau kepada masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan, untuk mewaspadai tanda-tanda bencana. Misalnya, tanda-tanda tanah longsor, seperti munculnya rembesan air atau aliran air dari lereng, pohon atau tegakan pada lereng tiba-tiba miring, munculnya retakan atau amblesan tanah pada lereng, lereng tampak menggembung, dan jendela/pintu rumah yang berada di daerah lereng tiba-tiba sulit dibuka, dan sebagainya.*
Baca Berita Pantura

