BREBES – Ribuan warga di Kaki Gunung Slamet, tepatnya di Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, tumpah ruah di jalan desa setempat, Selasa (6/8/2024). Mereka memadati jalan desa sambil mengarak tumpeng dari Kantor Balai Desa hingga Telaga Ranjeng.
Ya, ribuan warga ini, tengah melakukan tradisi ratiban. Ritual yang turun menurun ini, dilaksanakan setiap tahun, sebagai ungkapan syukur kepada sang pencipta, Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rezeki yang diberikan.Kirab tumpeng dalam Ratiban ini, dimulai sekitar pukul 13.00. Lebih dari 30 tumpeng dan hasil bumi diarak warga dengan suka menuju Telaga Ranjeng.
Setiba di lokasi, peserta disambut tari Ronggeng. Tarian ini memiliki sejarah panjang sebagai hiburan bagi para pekerja saat pembangunan pabrik Teh Kaligua, 134 tahun lalu. Inti Ratiban sendiri diisi dengan istigotsah. Seluruh peserta memanjatkan doa untuk kesehatan, kelancaran usaha, dan keselamatan.
Baca Berita Pantura
Usai berdoa, para peserta memberikan makan ikan-ikan penghuni Telaga Ranjeng sebagai bagian dari ritual.Seluruh ritual tersebut kemudian dipungkasi dengan “kepungan” atau makan bersama. Tumpeng besar dan tumpeng-tumpeng lainnya diperebutkan oleh warga. Mereka percaya bahwa makanan tersebut membawa keberkahan setelah didoakan.
Kepala Desa Pandansari, Irwan Susanto, menjelaskan bahwa pelaksanaan Ratiban setiap tahun bertujuan untuk melestarikan tradisi warisan leluhur. Selain itu, Ratiban juga menjadi tempat bertemunya rakyat dan para pemimpinnya untuk saling bersilaturahmi.”Inti dari kegiatan ini adalah doa bersama, mensyukuri nikmat Allah SWT atas kelancaran pertanian, pariwisata dan lain sebagainya,” katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Brebes, Eko Supriyanto, yang mewakili Pj Bupati Brebes, mengapresiasi komitmen warga Pandansari dalam menjaga tradisi Ratiban. Menurutnya, tradisi ini dapat menjadi daya tarik wisata di Kaligua dan pada akhirnya meningkatkan perekonomian warga.*
Baca Berita Pantura