PURWOREJO, epurworejo.com – Permainan tradisional yang menjadi alat mainan anak jaman dulu makin terkikis keberadaannya. Tidak sedikit dari mereka yang bahkan tidak tahu sama sekali akan hal tersebut.
Berangkat dari hal itulah, Museum Tosan Aji (MTA) Purworejo melakukan pembelajaran bersama dengan mengangkat tema Belajar Kembali Dolanan Nusantara yang diadakan di kompleks museum setempat, Kamis (12/9/2024). Menghadirkan penggiat kerajinan anyaman bambu dan alat permainan tradisional tradisional dari Yogyakarta, MTA mengajak anak-anak SMP yang ada di Kecamatan Banyuurip dan Kecamatan Purworejo untuk mengenal dan membuat alat permainan tersebut.
Siswa-siswa yang terlibat dari Kecamatan Banyuurip berasal dari SMPN 9, SMPN 15, SMPN 26, SMPN 33, SMP Diponegoro dan SMP Mutiara Bangsa. Sementara untuk SMP dari Kecamatan Purworejo meliputi SMPN 1, SMPN 2, SMPN 4, SMPN 6, SMPN 31, SMP Muhammadiyah, SMP Bruderan, SMP Kristen Widodo dan SMP Sultan Agung.
Dibagi dalam dua sesi, semua siswa diajak mengenal dan membuat gasing serta otok-otok dari bahan dasar bambu.
Siswa SMPN 33, Damulhana (13) mengaku jika dirinya sudah mengenal otok-otok ataupun egrang. Khusus otok-otok dijumpainya saat masih balita.
“Saya pernah dibelikan otok-otok itu saat kecil. Kalau egrang terakhir pas duduk di kelas 6,” kata Hana yang masih duduk di bangku kelas 8 ini.
Dirinya mengaku senang bisa bertemu dengan mainannya dulu waktu kecil. Bahkan dirinya berkeinginan untuk bisa membuatnya suatu saat nanti kalau ada bahannya.
Lain halnya dengan Florenzia Quinn Santoso (14) siwa kelas 9 SMP Mutiara Bangsa. Dia mengaku belum pernah memainkan alat permainan tradisional itu.
“Saya baru kali ini melihat otok-otok dan bisa berbunyi seperti itu. Tapi kalau gasing pernah saat ada kegiatan di sekolah,” kata Florenzia.
Menurutnya, alat permainan itu ternyata cukup asyik dimainkan. Dan dirinya juga paham akan proses pembuatannya.
Guru pendamping dari SMP Mutiara Bangsa, Endah Kusumaningsih memberikan apresiasi untuk Museum Tosan Aji yang menggelar kegiatan itu. Hal tersebut membantu mengenalkan kembali budaya Nusantara kepada anak-anak.
“Kegiatan seperti ini selaras dengan yang pernah kita lakukan di sekolah untuk mengenalkan budaya Nusantara melalui alat permainan tradisional. Saya berharap kegiatan seperti ini dilakukan lebih sering lagi, jadi anak akan lebih mengenal dan faham terhadap permainan tradisional,” kata Endah.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Purworejo, Dyah Woro Setyaningsih kegiatan Belajar Kembali dolanan Nusantara menjadi salah satu kegiatan dari program kegiatan DAU non fisik museum dan taman budaya. Tujuannya agar anak mau belajar menggunakan alat permainan tradisional.
“Seperti kita tahu, anak-anak kita itu sekarang sudah tenggelam dengan gadget dan tidak tahu kalau kita ini punya alat-alat permainan tradisional yang menarik,” kata Woro.
Dirinya berharap peserta yang turut dalam kegiatan itu akan paham terhadap alat yang ada dan bisa memainkannya. Pemahaman yang dimiliki itu selanjutnya akan ditularkan kepada teman-temannya.
“Biar nanti tidak akan lupa dengan sejarah dan cerita masa lalu yang nilainya luar biasa itu,” tambahnya.
Di akhir acara, anak-anak itu pun diberikan masing-masing satu otok-otok dan gasing. Nantinya alat yang dibawa itu akan dimainkan di sekolah ataupun tempat mereka tinggal. (*)