Jasa Pembersihan Kelelawar, Jarang Ditekuni Tapi Hasilnya Lumayan

bersih keleawar
KELELAWAR ; Slamet saat melakukan pekerjaannya sebagai penjual jasa pembersihan kekelawar.

PURWOREJO-Slamet, warga Kampung Pandekluwih, Purworejo memiliki pekerjaan yang jarang ditekuni orang lain. Lelaki yang berusia 61 tahun ini membuka jasa pembersihan kelelawar.

Tidak hanya sebagai pekerjaan sambilan, Slamet menjadikan hal itu sebagai mata pencaharian utama untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Tidak banyak yang tahu, pekerjaan ini ternyata banyak dibutuhkan masyarakat. Khususnya di perkotaan.

“Saya sudah melakukan pekerjaan ini sejak umur 17 tahun, tepatnya pada tahun 1980 an,” kata Slamet, Kamis (5/6/2024).

Baca Berita Pantura

Loading RSS Feed

Slamet mengatakan, pekerjaannya ini memang tidak umum, namun memiliki permintaan yang cukup tinggi di berbagai daerah. Slamet telah melakukan pekerjaan ini selama bertahun-tahun, sehingga ia memiliki banyak pengalaman dalam menangani berbagai situasi yang melibatkan kelelawar.

“Untuk kendala selama ini bisa dibilang tidak ada, tapi harus hati-hati karena kelelawar kan diatas, dan pijakan kayu-kayu biasanya sudah lapuk, seperti saat ini
Kelelawar di rumah ini sangat banyak, tepatnya di atap lantai dua,” ujarnya.

Slamet menyebut, pembersihan kelelawar ini biasanya juga sekaligus membersihkan kotorannya. Kebanyakan kotoran kelelawar sudah banyak dan menumpuk. Bahkan kotoran kelelawar yang terkumpul bisa mencapai 7 kwintal.

Hal inilah yang membuat pemilik rumah harus menyewa jasa Slamet untuk membersihkan kelelawar dan kotorannya sekaligus.

Pekerjaan Slamet tidak hanya membutuhkan keterampilan khusus, tetapi juga keberanian. Kelelawar sering ditemukan di tempat-tempat yang sulit dijangkau dan gelap, sehingga risiko cedera selalu ada.

Namun, dengan pengalaman dan teknik yang tepat, Slamet mampu menangani situasi tersebut dengan baik.

Selain di Purworejo, Slamet sering mendapatkan panggilan untuk membersihkan kelelawar di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung.

Baca Juga :  Ngangkring Budaya, Obrolan Untuk Pengembangan dan Nguri-uri Budaya Tradisional

“Permintaan jasa pembersihan kelelawar cukup tinggi, terutama di kota-kota besar,” kata Slamet.

Hal ini menunjukkan bahwa profesi ini sebenarnya memiliki potensi besar, meskipun tidak banyak orang yang mau melakukannya.

Biaya jasa pembersihan kelelawar, menurut Slamet, sangat bervariasi tergantung banyak atau tidaknya kelelawar dan kotorannya yang akan dibersihkan.

“Biaya tergantung pada tempat dan posisi kelelawar berkumpul, kalau dalam kota Purworejo biasanya Rp 3 sampai Rp 4 juta” jelasnya.

Jika kelelawar berada di tempat yang sulit dijangkau, tentu biaya yang dikenakan akan lebih tinggi. Namun, bagi banyak orang, biaya tersebut sebanding dengan manfaat yang diperoleh, yaitu lingkungan yang lebih bersih dan bebas dari gangguan kelelawar.

Profesi Slamet memang unik dan penuh tantangan, tetapi ia merasa bangga dengan pekerjaannya.

“Saya senang bisa membantu orang lain dengan cara yang mungkin tidak terpikirkan oleh banyak orang,” katanya.

Slamet juga berharap lebih banyak orang yang tertarik untuk menekuni pekerjaan ini, karena permintaannya cukup tinggi. Selain itu, saat ini mencari pekerjaan juga cukup sulit apabila tidak memiliki keterampilan.

“Keselamatan adalah yang utama. Saya selalu memastikan peralatan yang digunakan dalam kondisi baik dan mengikuti prosedur yang aman,” ujarnya.

Slamet menambahkan, pembersihan kelelawar bukan hanya sekedar membersihkan kotoran, tetapi juga memastikan bahwa kelelawar tidak kembali lagi ke tempat yang sama. Untuk itu, Slamet sering memberikan saran kepada pemilik rumah tentang cara mencegah kelelawar datang kembali.

“Pencegahan juga penting, sehingga masalah tidak berulang,” jelasnya. (dra)

Baca Berita Pantura

Loading RSS Feed

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *