PURWOREJO-SDN Giyombong di Kecamatan Bruno mengalami kasus yang sama seperti di SDN Donorejo 2 Kecamatan Kaligesing.
“Satu lokal kelas yang ambrol itu di SDN Giyombong. Pemicunya juga sama,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, Wasit Diono saat digelar Rapat Dengar Pendapat yang diadakan Komisi IV DPRD Purworejo, Jumat (21/6/2024).
RDP ini dihadiri Ketua Rani Sumadyaningrum, Wakil Ketua M Abdullah, Reko Budiyono, Rujiyanto, Erwin Sulistiyani dan Berliando Lutfi Zulfikar. Sementara Wasit Diono didampingi Kepala Bidang Operasional serta Kepala SDN Donorejo 2 Kecamatan Kaligesing.Menurut Wasit, permasalahan kelembaban lokasi menjadi pemicu utama. Kondisi ini menjadikan material kayu bangunan lebih cepat lapuk.
“Bangunan sebenernya juga sudah direhab di tahun 2016 melalui sistem swakelola. Pembangunan melalui swakelola ini juga menjadi catatan tersendiri karena kita tidak bisa melakukan pengawasan secara optimal,” jelas Wasit Diono.
Pihaknya akan melakukan percepatan melalui anggaran perubahan di 2024 ini. Hanya saja tidak bisa dilakukan secara menyeluruh, dan hanya satu lokal kelas saja.
“Kalau satu lokal kelas kan bisa melalui penunjukan langsung karena nilainya dibawah Rp 200 juta. Selanjutnya baru kita anggarkan di tahun berikutnya,” katanya.
Wakil Ketua Komisi IV Muhammad Abdullah mengaku bisa menerima upaya Dindikbud untuk menangani permasalahan ambrolnya atap ruang kelas di SDN Donorejo 2 maupun SDN Giyombong Bruno. Pihaknya meminta agar pembangunan lokal kelas di tahun 2024 ini juga nanti bisa dilakukan sedemikian rupa untuk memudahkan kelanjutan pembangunan di tahun 2025.
“Jadi saat nantin dibangun total tahun 2025 itu, bangunannya tetap bisa menyatu dan tidak menimbulkan masalah baru,” harapnya.
Abdullah juga meminta kepala sekolah untuk mempersiapkan diri menghadapi proses pembangunan tersebut. Sekolah harus mempersiapkan tempat sementara untuk proses kegiatan belajar mengajar siswa.
Kepala SDN Donorejo 2, Sukarti mengucapkan terima kasih dan apresiasinya terhadap dinas maupun DPRD yang bergerak cepat memberikan perhatian terhadap kasus yang menimpa sekolah yang dipimpinnya.
“Akibat adanya kejadian ini memang anak-anak merasa kurang nyaman karena menempati tempat yang kurang layak untuk belajar,” katanya.
Untuk sementara waktu, pihaknya telah memindahkan proses belajar siswa dimana siswa kelas 1 menempati perpustakaan, kelas 2 ditempatkan di ruang kelas 6 dan siswa kelas 3 mushola.
“Kalau nanti pas rehab total, siswa kelas 3 dan 4 akan masuk pukul 10.00. Sementara yang lain masuk normal jam 07.00,” kata Sukarti. (*)