PURWOREJO-Dolalak Budi Santoso Desa Kaliharjo, Kecamatan Kaligesing mengisi kemeriahan Alun-alun Purworejo usai upacara Peringatan HUT Kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia yang diadakan Pemkab Purworejo di Amphitheater, Jumat (17/8/2024).
Tampilan ini menarik minat warga untuk mendekat. Jika biasanya tampilan Dolalak ditarikan oleh kaum perempuan, namun grup ini juga menyuguhkan tampilan tarian yang dilakukan oleh kaum laki-laki.
Dolalak Budi Santoso sendiri menjadi grup tertua yang ada di Kabupaten Purworejo. Mereka berdiri sejak tahun 1936. Sejak awal pendiriannya, grup kesenian ini beranggotakan kaum laki-laki hingga saat ini. Namun seiring perkembangan waktu, ditambah dengan penari wanita.
Jam terbang Dolalak Budi Santoso sendiri amat tinggi. Mereka sudah melanglang buana hingga berbagai daerah baik di Jawa Tengah maupun di luar provinsi.
“Dolalak Budi Santoso mempunyai ciri khas dari cengkok lagu, gerakan, sampur dikiri, adanya geblekan di pakaian penari serta gerakan kirig,” kata Ketua Budi Santoso, Jono.
Untuk anggota sendiri, menurut Jono, memiliki banyak latar belakang yakni dari kalangan pelajar dan mereka yang sudah bekerja. Terdiri dari warga Kaliharjo dan ada juga daerah luar desa.
“Setiap anggota grup mempunyai identitas berupa kartu anggota,” tambah Jono.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Purworejo Wasit Diono melalui Kepala Bidang Kebudayaan Dyah Woro Setyaningsih mengungkapkan tampilan kesenian tradisional usai upacara peringatan HUT RI memang sudah menjadi tradisi bagi Pemkab Purworejo.
Menurutnya, jenis kesenian rakyat tersebut sampai saat ini masih diminati oleh masyarakat. Banyak harapan yang disampaikan jika usai usai upacara memang disuguhkan adanya tampilan kesenian tradisional.
“Kita fokuskan tempat di Amphitheater Alun-alun dengan harapan masyarakat bisa fokus melihat di tempat tersebut. Apalagi tempatnya memang sudah memadai,” kata Dyah Woro.
Disinggung pemilihan grup kesenian dari Budi santoso, Woro menyebut jika grup tersebut menjadi grup yang masih eksis dengan penari laki-laki hingga saat ini. Dirinya tidak menampik jika di lain tempat di Purworejo, juga ada grup yang masih memunculkan kaum lelaki untuk menarikan Dolalak.
“Diluar Budi Santoso sebenarnya ada yang penarinya masih murni laki-laki, malah sudah sepuh. Kita pernah menampilkan dalam Parade Budaya tapi melalui virtual,” imbuh Dyah Woro.
Dirinya juga berjanji akan melakukan penyisiran kembali untuk mengulik lagi tentang hal-hal unik tentang kesenian tradisional yang ada dan berkembang di Kabupaten Purworejo. (*)