Ada Lintas Generasi dalam Ketoprak Pandanrejo, Anak-Anak Tidak Mau Kalah Dengan Yang Tua

ketoprak pandanrejo
BUDAYA : Kesenian ketoprak Putro Budoyo dan gamelan anak saat tampil dalam ajang Parade Budaya Baritan Pandanrejo Kecamatan kaligesing.

KALIGESING-Tidak salah jika Direktorat Jenderal Kebudayaan pada Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia menetapkan Desa Pandanrejo Kecamatan Kaligesing Desa Budaya.

Bagaimana tidak, jenis-jenis kesenian serta terjaganya tradisi turun-temurun masih ada di desa yang memiliki Pasar Seton yang menjadi bursa kambing kaligesing di Indonesia.

Diantara beberapa jenis kesenian yang ada dan lestari di desa tersebut adalah ketoprak. Kesenian ini sendiri merupakan seni rakyat yang terdiri dari drama,tari,musik, dan sastra serta dimainkan beberapa orang.

Ada kelompok kesenian ketoprak sepuh yang masih berdiri di tempat ini. Walaupun sempat mati suri, namun cukup mudah untuk membangkitkan karena mereka langsung bersatu kembali dan berlatih sebentar untuk bisa tampil maksimal.

Kesenian yang ada itu dinamakan Siswo Budoyo yang digawangi oleh beberapa orang diataranya Sanyoto, Sumiyati, Sukarti, Sujiyati dan lainnya. Tidak ingin mati begitu saja, sesepuh ketoprak ini pun bergerak dan memberikan edukasi latihan kepada anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar yang ada di desa tersebut.

Hasilnya muncul ketoprak Putro Budyono yang beranggotakan anak-anak SD dari kelas 3 hingga kelas 6. Mereka diperkuat dengan adanya grup gamelan yang sudah sejak lama rutin berlatih.

“Ada kegiatan Parade Budaya Baritan Pandanrejo lalu, anak-anak ini kita siapkan untuk bisa tampil. Dan ternyata mereka mampu untuk menyuguhkan,” kata Sumiyati, Rabu (4/9/2024).

Baca Juga :  Bulan Sura, Koleksi Museum Tosan Aji Dijamas

Kesenian Putro Budoyo ini diperkuat 14 anak yang terdiri dari 7 perempuan dan laki-laki. Sedangkan karawitan berjumlah 13 anak serta 8 sinden. Saat dipentaskan mereka mengusung lakon Sumilaking Pedut ing Purwocarito.

“Anak-anak ini menjadi penerus dari Siswo Budoyo yang dulu itu sangat terkenal. Kita harapkan mereka ini akan tetap berlatih dan nguri-uri kesenian-kesenian yang ada di Pandanrejo,” imbuh Sumiyati.

Dikatakan, untuk melatih anak itu tidak butuh lama. Mereka berlatih sekitar 2 bulan sebelum ditampilkan. Hasilnya juga luar biasa, mereka mampu menunjukkan kemampuan tanpa ada rasa grogi sedikitpun.

Dirinya berharap, ketoprak anak itu nantinya akan bisa ditampilkan secara rutin dalam berbagai event yang diadakan di desa. Tidak menutup kemungkinan mereka bisa diundang untuk mengisi acara di luar daerah.

Kepala Desa Pandanrejo Dwi Kristanto Sektyawan mengaku pemerintah desa akan memberikan suport untuk keberadaan kesenian dan budaya di desanya. Demikian halnya dengan ketoprak.

“Ketoprak perlu kita lestarikan, apalagi sekarang ini sudah sedikit sekali grup yang ada. Kita akan memberikan ruang kepada mereka untuk berkreasi,” ungkap Sektyawan. (*)