PURWOREJO-Pejabat perangkat daerah di Kabupaten Purworejo dalam pandangan Bupati Purworejo Agus Bastian dinilai masih banyak yang belum memiliki kemampuan dalam berbahasa Jawa. Dirinya mengaku prihatin dan berharap agar para pejabat lebih banyak belajar dan mengikuti pelatihan secara khusus.
Keprihatinan itu disampaikan Bupati saat membuka Workshop Pidato Bahasa Jawa bagi jajaran pejabat dan kepala perangkat daerah, di ruang Arahiwang kompleks Kantor Setda Kabupaten Purworejo, Senin (7/8/2023). Workshop yang dibuka Bupati Purworejo Agus Bastian itu, mengundang narasumber dari Program Studi Bahasa Jawa Universitas Muhammadiyah Purworejo Eko Santoso dan Herlina Setyowati.
“Saya senang ada pelatihan ini dan berharap para Kepala Perangkat Daerah maupun pejabat dan pegawai di jajaran Pemerintah Kabupaten Purworejo, dapat ikut nguri-uri bahasa Jawa,” kata Bupati.
Baca Berita Pantura
Tidak hanya berhenti di pelatihan saja, pihaknya berencana akan menindaklanjutinya dengan menggelar pidato berbahasa Jawa dalam rangka Peringatan HUT RI ke-78 tahun ini. Hal itu menjadi salah satu bentuk kontribusi untuk melestarikan dan meningkatkan kemampuan berbahasa Jawa para pejabat ataupun pengawai di lingkunan Pemkab Purworejo.
Sebeumnya Bupati menyampaikan jika eksistensi bahasa Jawa sebagai bahasa ibu dan warisan luhur nenek moyang semakin terkikis dengan perkembangan jaman. Terutama bahasa Jawa yang masuk strata kromo atau kromo inggil.
“Eksistensi bahasa Jawa sebagai bahasa ibu dan warisan luhur nenek moyang, dari waktu ke waktu semakin banyak ditinggalkan komunitasnya sendiri,” katanya.
Bupati menilai, semakin banyak orang Jawa yang tidak bisa berbahasa Jawa, terutama bahasa Jawa yang masuk strata kromo atau kromo inggil. ” Jangankan generasi z dan generasi sesudahnya, bahkan generasi millenial dan generasi sebelumnya-pun banyak yang sudah tidak mampu berbahasa Jawa dengan baik,” ungkapnya.
Dikatakan lebih lanjut, penggunaan bahasa Jawa sudah sangat jarang memperhatikan tingkat tutur, lebih sering menggunakan bahasa Jawa Ngoko meskipun dengan orang yang lebih tua.
“Realitas ini tentu sangat sangat menyedihkan dan memprihatinkan, karena bahasa Jawa justru ditinggalkan oleh masyarakat Jawa. Sementara di sisi lain, banyak orang mancanegara yang justru sangat getol mempelajari bahasa Jawa yang dinilai sangat adiluhung,” ujarnya.(nif)
Baca Berita Pantura