PITURUH, epurworejo.com – Kesenian Cing Po Ling yang berkembang di Desa Kesawen Kecamatan Pituruh tengah disiapkan untuk ditampilkan dalam Pentas Duta Seni se-Jawa Tengah pada 27 Juli 2025 nanti di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta.
Berbagai persiapan dilakukan, termasuk didalamnya latihan untuk meningkatkan kemampuan penarinya dalam menghadapi momen tersebut.
Dalam latihan yang digelar pada Minggu (8/8/2025) lalu, secara khusus tim dari Dinad Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo melakukan monitoring ke tempat tersebut. Monitoring dipimpin langsung Kabid Kebudayaan Dyah Woro Setyaningsih untuk melihat lebih dalam dalam latihan yang dipandu Rianto Purnomo.
Dyah Woro menyampaikan jika pihaknya berkomitmen melestarikan kesenian ini di kancah nasional, sebagai tindak lanjut dari pengakuan sebagai warisan budaya tak benda.
“Kami mengapresiasi Pemdes Kesawen yang terus berjuang melestarikan kesenian ini. Dimana mereka ini bisa mengajak anak-anak muda untuk berperan serta. Sehingga di Kesawen itu ada lintas generasi untuk menguasai Cing Po Ling ini,” kata Dyah Woro, Jumat (13/6/2025).
Ia juga berharap, generasi penerus dari eks-Kawedanan Kemiri seperti SDN Kesawen, SDN Singojoyo Bruno, hingga SMAN 4 Purworejo dapat mempertahankan dan melestarikan kesenian Cing Po Ling.
“Karena kesenian ini telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda, kami melalui Kemendikbud wajib memiliki program pelestarian, termasuk fasilitasi kesenian yang ada di Purworejo,” tegasnya.
Ia juga mengajak masyarakat untuk bersama-sama mendukung pelestarian kesenian lokal. “Ayo kita hargai dan lestarikan kesenian khas daerah kita,” ajaknya.
Pelatih kesenian, Rianto Purnomo mengatakan kesenian rakyat bukanlah soal bagus atau tidak, melainkan soal harga diri. “Kami yang dipercaya sebagai Duta Seni Kabupaten Purworejo di TMII bertanggung jawab penuh atas keberlangsungan kesenian ini,” ucapnya.
Ia juga mengingatkan agar tidak saling membandingkan antar jenis kesenian. “Ndolalak, Jaran Kepang, dan Cing Po Ling memiliki kekhasan masing-masing. Jangan saling menjelekkan, tapi saling menghargai. Warisan leluhur harus dijaga dan diuri-uri tanpa merusaknya,” tandasnya.(*)
Baca Berita Pantura

