PURWOREJO-Pesantren Ramadhan menjadi agenda utama tiap sekolah dalam bulan suci ini. Demikian halnya di SMAN 7 Purworejo, namun ada yang berbeda bagi sekolah yang berada di Jalan Mangunsarkoro Purworejo ini.
Ya, selama tiga hari terhitung mulai Selasa-Kamis (19-21/3/2024), sebanyak 370 siswa kelas XI harus mondok di pesantren. Mereka menjalani kehidupan layaknya santri yang tinggal di pondok.
Ada empat pondok pesantren di sekitar sekolah, yang menjadi tempat siswa mondok, yakni Pondok Pesantren Nurul Hidayah di Pengenjurutengah, Pondok Pesantren Maunah di Plaosan, Pondok Pesantren Ma
hadil Ulum Asy`ariyah di Plaosan serta Pondok Pesantren Darrusalam di Plaosan.
Baca Berita Pantura
Baca juga Belum Miliki Kelengkapan, Sekolah Sebaiknya Minta Diantar
Guru Pendidikan Agama Islam sekaligus pembimbing kegiatan, Sugeng Riyadi MSi mengungkapkan siswa yang dikirim ke pesantren diajak untuk belajar adat istiadat budaya pesantren, unggah-ungguh serta sopan santun di pondok.
“Mereka akan menjalani kehidupan sebagai santri, dengan mengikuti kurikulum yang ada di pondok,” kata Sugeng, Jumat (22/3/2024).
Selama tiga hari mondok mereka tidak pulang. Karena dari berbagai latar belakang berbeda, siswa ada yang merasa senang, susah, sedih namun mereka tetap mengikutinya.
Pendamping yang lain, Rosyid Anwar SPdI, menyebut, kegiatan yang dilakukan siswanya selama mondok, diantaranya, usai menjalani sholat subuh dilanjutkan dengan ngaji sorogan, pembelajaran khitobah, pembelajaran tentang maulid Al Barzanji, pembelajaran tengah wirid-wirid setelah sholat, dzikir.
“Khitobah ini belajar berpidato, jadi MC, belajar memimpin tahlil maupun belajar mengisi pengajian. Untuk praktek peribadahan bisa melihat langsung yang ada di lapangan,” ungkap Rosyid menimpali.
Ketika di lapangan sudah terbentuk akhlaknya, begitu masuk pesantren siswa sudah langsung membaur untuk menyesuaikan.Tujuan dengan mondok di empat pesantren ini, menurut Rosyid, akidahnya biar aman atau terjaga dan tak terpengaruh dengan yang lainnya. Siswa juga memiliki etika atau adab. Misal, ketika bertemu orangtua harus bersikap bagaimana, begitu juga ketika bertemu guru di sekolah.
Rosyid menyebut, pada saat Ramadhan ini, kesempatan bagi pihak sekolah untuk penguatan karakter anak-anak terkait dengan peningkatan iman dan takwa.
“Dari pengalaman tetap ada perubahan. Gak perlu diajarkan, tapi cukup dengan melihatnya. Ini proses menuju kesholehan sosial. Dengan berada di lingkungan langsung, siswa termotivasi dengan sendirinya,” jelas Rosyid.(nif)
Baca Berita Pantura