PURWOREJO, epurworejo.com – Stasiun Kutoarjo menjadi titik penurunan wisatawan mancanegara yang hendak melakukan kunjungan wisatawan ke Wonosobo ataupun Magelang. Tidak jarang ada beberapa rombongan dalam jumlah tertentu turun dari kereta dan melanjutkan perjalanan menuju ke lokasi menggunakan kendaraan Hiace dan sejenisnya.
Dan untuk Purworejo, mereka sebatas melintas saja dan jarang sekali menyempatkan untuk mampir melihat berbagai destinasi yang ada di Purworejo. Padahal sebenarnya potensi yang dimiliki amat besar.
Baca Berita Pantura
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Purworejo Stephanus Aan Isa Nugroho saat membuka Pelatihan Pemandu Wisata Gunung dana alokasi khusus non fisik 2024 Kabupaten Purworejo yang diadakan di Hotel Sanjaya Inn, Selasa (5/11/20024). Kegiatan ini melihatkan 40 peserta dari berbagai desa wisata di Kabupaten Purworejo serta Saka Pariwisata.
Menurut Aan, hal itu menjadi tantangan bersama bagi Pemerintah dan juga pelaku wisata untuk bisa lebih intens menjual paket wisata yang ada di Purworejo. Ditambahkan, dirinya sempat berbincang dengan wisatawan saat menyaksikan festival Balon di Wonosobo dimana wisatawan mancanegara itu memang turun di Kutoarjo terus melanjutkan perjalananan ke Wonosobo, Magelang dan Yogyakarta sebelum singgah di Bali.
“Nah dari hal tersebut, kita harus bersiap diri. Mulai kapan? ya mulai saat ini semua harus bersiap menangkap peluang yang ada itu,”tambahnya.
Ditambahkan ada hal lain yang juga perlu dicermati dimana operasional YIA akan optimal di tahun 2026. Di tahun yang sama, Bendungan Bener di wilayah Kecamatan Bener juga akan selesai dan siap dioperasionalkan.
“Peluang-peluang itu harus kita tangkap. Belajar dari keberadaan bandara di beberapa tempat, ada kota lain yang menjadi magnet kunjungan dari pengguna bandara itu,” imbuh Aan.
Sebagai wilayah yang berada di dekat bandara, Aan menilai Purworejo harus berbenah mulai sekarang. Berbagai destinasi serta daya dukungnya harus disiapkan sebaik mungkin. Salah satunya adalah suasana pegunungan yang menjadi potensi Purworejo.
“Kunci pariwisata pegunungan adalah suasana kehidupan. Kalau hanya mengandalkan keindahan, orang tidak akan datang dua kali,” tambahnya.
Pihaknya sendiri akan mendorong desa-desa yang memiliki potensi wisata menarik dan saling berdekatan untuk bekerjasama. Salah satunya di Kecamatan Kaligesing dengan mendorong adanya kerjasama antara Pandanrejo, Tawangsari, Tlogoguwo dan Donorejo menjadi satu paket khusus.
“Jika desa tidak bekerjasama maka promosinya tidak banter. Selain itu mereka juga memiliki potensi sendiri-sendiri yang harus kita poles bersama sehingga benar-benar layak jual,” ungkap Aan.
Direktur Mitajani Training & Consultan Sri Astuti menyampaikan kegiatan itu akan dilakukan selama 4 hari dimana hari terakhir peserta diajak mengunjungi wisata percontohan. Untuk kegiatan di Purworejo, rencananya peserta akan dibawa ke Merapi Lava Tour.
“Pelatihan ini sendiri kita menghadirkan narasumber dari Asosiasi Pemandu Gunung Jogja dan Jawa Tengah serta dari HPI,” kata Sri Astuti.
Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata, Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dinporapar Purworejo Agung Pranoto mengatakan peserta pelatihan pemandu wisata gunung itu dipilih dari desa-desa wisata yang memiliki potensi pegunungan di Kabupaten Purworejo.
“Kita harapkan ada banyak ilmu yang bisa diserap sehingga bisa diterapkan di destinasi wisata yang mereka miliki,” kata Agung Pranoto. (*)
Baca Berita Pantura