PURWOREJO-Sejumlah Siswa dari beberapa sekolah di Purworejo diberikan sosialisasi oleh LSF RI terkait sensor mandiri di gedung seni, SMA Negeri 1 Purworejo, Selasa (7/5/2024). Dalam sosialisasi itu, siswa diimbau agar memilih tontonan sesuai dengan umur mereka.
Selain siswa, turut menjadi peserta sosialisasi para guru di Purworejo, Dewan Kesenian Purworejo (DKP), serta insan pers.
Ketua Sub Komisi Penelitian dan Pengkajian Lembaga Sensor Film (LSF) RI Kuat Prihatin mengatakan, LSF selain melakukan penyensoran juga sosialisasikan ke masyarakat terkait pedoman dan kriteria penyensoran.
Baca Berita Pantura
Baca juga : SMP Bruderan Gelar Sosialisasi Pendidikan Seksual
“Kemudian terkait sosialisasi agar masyarakat cerdas dalam memilih dan memilah tontonan, kita sebut sebagai sensor mandiri, kita ingin ini menjadi gerakan nasional. Target utamanya anak remaja, sasaran lain, guru dan orang tua. Purworejo ini saya kira banyak sasaran tersebut. Film ketika akan ditayangkan punya rambu-rambu, kita juga berikan edukasi kepada pelaku film,” katanya, pada sela-sela sosialisasi.
Saat ini, lanjutnya, LSF juga sedang intens berdiskusi dengan pusat kurikulum agar bagaimana pesan sensor mandiri bisa masuk di dalam pembelajaran.
“Misal dimasukkan ke pembelajaran Bahasa Indonesia, kita sisipkan pesan-pesan memilah dan memilih tontonan. Sehingga nanti menjadi kebiasaan, bisa dipahami dan dilakukan oleh kita semua,” sebutnya.
Selain sosialisasi, kata Kuat, LSF juga sedang menginisiasi desa sensor mandiri. Diharapkan desa tersebut nantinya bisa berperan aktif dalam menyebarluaskan informasi terkait sensor mandiri.
“Kita di 2024 ini ada 40 titik sosialisasi salah satunya di Purworejo. Kita juga menginisiasi desa sensor mandiri, sekarang ada 7 desa yang kita inisiasi, ada di Klaten, Karangarnya, Malang, Madiun, Jogja, dan Bali,” katanya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Purworejo, Wasit Diono menyambut baik atas sosialisasi yang diberikan kepada para siswa di Purworejo.
“Karena semua media baik HP atau Bioskop, dan yang lain, sekarang anak-anak bisa melihat itu, anak-anak sekarang bisa nonton film di kamar, sehingga harus ada filter. Bisa jadi kenakalan anak juga berawal dari nonton film yang tidak pas, maka saya berharap nanti ada tindak lanjut, tidak sebatas seremonial, mengundang perwakilan tetapi ada turun ke lapangan,” kata Wasit. (nif)
Baca Berita Pantura