PURWOREJO-Empat kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, salah satunya Purworejo memiliki kemungkinan terjadi bencana alam megatrust dan ancaman tsunami besar di wilayah pesisir selatan. Selain Purworejo, tiga yang lain adalah Cilacap, Kebumen dan Wonogiri.
Staf Operasional Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banjarnegara, Yusuf Nur Perkasa menjelaskan kekuatan gempa megathrust diperkirakan bisa mencapai 8,7 magnetudo. Gempa tersebut dapat memicu terjadinya tsunami dengan ketinggian maksimal 17 hingga 18 meter.
“Kami sudah melakukan permodelan antisipasi terburuk gempa megathrust kekuatanya bisa mencapai 8,7 magnetudo dan ketinggian tsunami mencapai 17 hingga 18 menit,” kata Yusuf di Purworejo, Senin (29/4/2024).
Baca Berita Pantura
Baca Juga : Pemkab Upayakan Pengembangan Teknologi dan Inovasi Penanggulangan Bencana
Di Kabupaten Purworejo ada tiga kecamatan yang masuk dalam zona merah yakni Kecamatan Purwodadi, Ngombol serta Kecamatan Grabag. Mitigasi bencana serta upaya peningkatan kesiapsiagaan di tiga kecamatan tersebut harus terus dilakukan.
Tahun ini BMKG Banjarnergara akan melaksanakan kegiatan sekolah lapang bencana gempa dan tsunami di Kecamatan Ngombol. Kegiatan tersebut bermaksud untuk mengedukasi masyarakat di zona merah agar lebih siap jika bencana tersebut terjadi.
Pada kesempatan yang sama Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purworejo, Hariyono mengajak seluruh pemangku kepentingan bersinergi menghadapi isu bencana megathrust.
“Dalam rangka mengurangi risiko bencana, kita semua harus bersinergi. Bukan hanya BPBD, seluruh komponen termasuk masyarakat harus berkolaborasi dalam menghadapi bencana,” kata Hariyono
Memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) pada Senin (29/4/2024) dilaksanakan simulasi kesiapsiagaan di SMP Negeri 2 Purworejo. Dalam simulasi tersebut para guru serta siswa diberikan edukasi sekaligus mengaplikan upaya penyelamatan saat bencana gempa bumi terjadi.
“Ini sebagai edukasi, karena kita hidup di daerah rawan bencana. Kita harus tahu persis bagaimana karakter bencananya juga harus tahu bagaimana caranya menyelamatkan diri,” sebut Hariyono.
Belajar dari peristiwa serta kajian mitigasi bencana gempa dan tsunami yang terjadi daerah lain para korban dari bencana tersebut rata-rata anak sekolah. Selain SMP Negeri 2, pihaknya akan bekerjasama dengan sekolah lain untuk melaksanakan kegiatan simulasi yang sama.(nif)
Baca Berita Pantura