Umat Buddha Purworejo Ikuti Perjalanan Bakti Mendut-Borobudur

asalha mahapuja
KENCANA : Ketua Majelis Agama buddha Theravada Indonesia Pengurus Cabang Kabupaten Purworejo, Romo Vimalamano Gatot Didit Widiantoro (kacamata hitam) saat tiba di kompleks Candi Borobudur dengan latar belakang kereta kencana, usai perjalanan dari Candi Mendut dalam prosesi Asalha Mahapuja.

MAGELANG-Umat Buddha dari Purworejo turut serta dalam Indonesia Tipitaka Chanting (ITC) dan Asalha Mahapuja yang diadakan di Kabupaten Magelang, Minggu (14/7/2024). Kegiatan ini merupakan rangkaian ibadah umat Buddha dalam merayaan hari Raya Waisak.

Ketua Majelis Agama buddha Theravada Indonesia Pengurus Cabang Kabupaten Purworejo, Romo Vimalamano Gatot Didit Widiantoro mengungkapkan acara tersebut merupakan bentuk pengingat bagi umat Buddha terhadap pembabaran dharma ajaran Sang Buddha untuk pertama kalinya kepada 5 orang pertapa.

“Kita berangkat bersama-sama dengan Umat Buddha lain di Purworejo seperti dari Kecamatan Bagelen, Kutoarjo dan Purworejo ke Candi Mendut,” kata Gatot.

Baca Berita Pantura

Loading RSS Feed

Menurutnya, mereka bergabung bersama umat Buddha lain yang telah berada di seputaran Candi Mendut untuk memulai prosesi kegiatan. Kegiatan itu sendiri sudah berjalan sejak tahun 2015/2016 dimana diadakan setiap tahun menjelang purnama di bulan Ashada, yang jatuh pada bulan Juli.

Baca Juga :  BPKPAD Gencarkan Pengawasan dan Penagihan Wajib Pajak Tidak Tertib

Dikatakan seluruh umat secara bersama-sama membaca bagian tertentu dari Tripitaka.

Prosesi selanjutnya adalah melakukan Perjalanan Bakti dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur. Jarak yang ditempuh sekitar 4 kilometer dimana hal ini mengandung makna spiritual.

“Waktu perjalanan ini sekitar 1 jam dimana kita itu herus benar=benar bisa memaknai perjalanan dengan penuuh kesadaran, tidak ngobrol atau gaduh. Kita meyakini, semakin jauh perjalan akan semakin banyak amalannya,” tambahnya.

Dalam perjalanan tersebut, menurut Gatot, mereka disertai dua kereta kencana yang berwarna kuning keemasan. Kedua kereta itu membawa hal yang berbeda, dimana kereta pertama membawa relis, sisa jasmani orang suci dan kereta kedua untuk membawa kitab suci. (*)

Baca Berita Pantura

Loading RSS Feed

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *