PURWOREJO-Penggiat seni budaya lintas komunitas di Purworejo menggelar umbul donga atau doa bersama peringatan hari lahir Wage Rudolf (WR) Soepratman di memorial house WR Soepratman di Dusun Trembelang Desa Somongari, Kaligesing, Senin (18/3/2024). Prosesi doa dimulai penjelasan singkat sejarah rumah WR Soepratman oleh Panut Maryono.
Sesi kedua diisi paparan merawat ingatan yang disampaikan Catur Heriyanto, dilanjutkan hening cipta serta tabur bunga di lokasi penguburan plasenta sang komposer Indonesia Raya tersebut.
Setelah tabur bunga di ada penampilan Perfomance Art pantomim oleh Bilawa dan Dhenis siswa SD Mutiara Ibu dan puisi dari Mahestya Andi, serta monolog oleh siswi SMA Negeri 1 Purworejo.
Baca juga Tribute to WR Soepratman, Cara Purworejo Junjung Pencipta Lagu Kebangsaan
Achmad Fajar Chalik, Ketua Komunitas Teater Purworejo, mengungkapkan pentingnya sikap dan penghormatan pemuda terhadap perjuangan kemerdekaan dengan mewujudkan cita-cita besar, sebagaimana yang terinspirasi dalam puisi karya WR Soepratman.
“Umbul dongo merawat ingatan sudah di gelar kurang lebih 8 kali. Memperkokoh Jiwa adalah tantangan besar, seperti yang telah ditunjukkan oleh WR Soepratman, yang lahir di Purworejo dan mengorbankan kenyamanannya demi kemerdekaan Indonesia. Mari kita bersatu dalam keberagaman,” kata Fajar.
Sementara itu, Panut Maryono menyebut banyak fakta yang mengungkapkan bahwa WR Soepratman lahir di Desa Somongari pada hari Kamis Wage yang menurut penelusuran ahli sejarah saat itu bertanggal 19 Maret, bukan 9 Maret.
“Salah satu saksi yaitu Mbah Atomorejo, sekarang sudah meninggal. Saat disidang di pengadilan negeri saat tahun berapa itu usianya sudah 100 tahun lebih. Dikatakan bahwa WR Soepratman dilahirkan oleh ibunya, Senen, saat meletus gunung kelud pertama kali hari Kamis dan diberi nama Wage. Setelah dilacak yang paling berdekatan adalah Kamis Wage tanggalnya 19 Maret,” sebutnya.
Bukti lain yang cukup kuat bahwa WR lahir di Dusun Trembelang yakni adanya plasenta atau ari-ari yang dikubur di depan bagian kanan memorial house tersebut. Sampai sekarang, struktur bangunan rumah serta plasenta masih utuh. “Memang rumah ini pernah direnovasi dan ada kayu-kayu yang diganti, tapi kalau bentuknya masih utuh limasan seperti sekarang ini,” terang Panut. (ndi)