PURWOREJO, epurworejo.com – Pelatihan menjadi pembawa acara (Pranatacara) Bahasa Jawa, yang diselenggarakan Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Surya Utama, diminati generasi muda di Kabupaten Purworejo.
Pelatihan dengan model kelas ini sudah berjalan selama satu tahun terakhir dan sudah memasuki angkatan ketiga. Saat ini memiliki siswa sebanyak 16 orang dari seluruh Kabupaten Purworejo.
“Pelatihan ini digagas agar Bahasa Jawa tetap eksis dan tidak dilupakan oleh masyarakat. Kami bidik peserta dari kalangan remaja,” kata Priyo Harimurti, Penanggungjawab LKP Surya Utama, saat pembukaan pelatihan angkatan ketiga tahun 2024, di Gedung Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Kabupaten Purworejo, Sabtu (7/9/2024).
Baca Berita Pantura

Priyo menjelaskan, biaya pelatihan untuk satu siswa adalah sebesar Rp 1.100.000, untuk fasilitas pelatihan, kain lurik, modul, dan sertifikat. Biaya tersebut bisa diangsur selama kelas berlangsung selama 5 bulan dengan pertemuan sekali setiap minggunya.
“Kita utamakan pelatihan Medhar Sabda (pidato), seperti sambutan, pasrah manten, dan Pranatacara (pembawa acara). Ada teori dan juga praktik lapangan berupa studi budaya. Nanti selesai pelatihan ada sertifikat dari lembaga,” ungkapnya.
Selain kelas umum, sambung Priyo, LPK Surya Utama juga membuka kelas khusus bagi perangkat desa hingga penyandang disabilitas. Pihaknya juga terbuka kepada semua pihak yang mengundang untuk jasa pelatihan.
“Kami banyak diminta dari pemerintah desa, karena banyak yang berminat, khususnya anak muda. Kami juga memberikan kursus gratis khusus untuk disabilitas. Untuk instruktur saya menggandeng paguyuban MC di Purworejo, ada beberapa personil,” kata Priyo.
Selain melestarikan bahasa Jawa, motivasi Priyo membuka pelatihan ini juga karena latar belakangnya sebagai seorang penyiar radio dan pembawa acara profesional selama puluhan tahun. Dirinya bertekad agar Bahasa Jawa bisa terus diwariskan kegenerasi selanjutnya.
“Pengalaman saya di lapangan ternyata banyak yang medhar sabda masih perlu pembenahan. Seperti hal sepele, cara berdiri, cara berpakaian, sopan santun, kosakata keliru dan lainnya. Hal itu menjadikan prihatin, apalagi sekarang banyak yang mendidik anak tidak menggunakan Bahasa Jawa,” terang Priyo.
Noni Liharyanti (21), salah satu siswa pelatihan dari Karangrejo, Kecamatan Kutoarjo, mengaku tertarik dengan pelatihan ini untuk mengembangkan kemampuan menjadi pembaca acara, dan dirinya ikut pelatihan atas kemauannya sendiri.
“Saya ingin mengembangkan kemampuan Bahasa Jawa, sudah sering jadi MC tapi biasanya masih pakai Bahasa Indonesia, kalau pakai Bahasa Jawa masih jarang,” kata Noni.*
Baca Berita Pantura
