URWOREJO-Pengelola desa wisata perlu memunculkan potensi lain yang dimiliki atau melakukan diversifikasi wisata yang ditawarkan kepada wisatawan.
Ada banyak hal yang bisa digali dari potensi yang dimiliki masing-masing desa. Adanya atraksi di desa wisata yang dikembangkan bisa menjadi daya tarik wisata orang untuk datang kembali.
“Outbond bisa menjadi daya tarik wisata khusus. Ada banyak potensi didalamnya mulai dari hal kecil sampai besar,” kata Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Parwisata (Dinporapar) Purworejo, Stephanus Aan Isa Nugroho dihadapan peserta pelatihan pemandu wisata outbond/Fasilitator Experiental Learning (Fasel) yang diadakan di Hotel Sanjaya Inn, Senin-Kamis (22-25/7/2024).
Baca Berita Pantura
Menurutnya, ceruk pasar outbond amat besar. Keberadaan sekolah dari jenjang pendidikan dasar hingga sekolah menengah, belum lagi ditambah dengan keberadaan kelompok-kelompok sosial masyarakat bisa menjadi sasaran.
“Bagi kita yang tinggal di lingkungan saat ini, mungkin melihat keseharian atau rutinitas masyarakat itu hal yang biasa. Tapi ini akan sangat berbeda bagi mereka yang belum tahu tentang rutinitas orang lain tersebut,” imbuh Aan.
Baca juga : Belajar Angkat Potensi Wisata Desa, Pengelola Desa Wisata diajak Kunjungi Grogol Sleman
Menurutnya, kunjungan wisatawan dalam sebuah rombongan memiliki nilai yang besar. Mereka berani membayar mahal untuk melakukan aktivitas wisatanya. Ada sebuah kebersamaan yang ingin diperoleh oleh wisatawan serta melihat langsung hal-hal yang baru.
“Kalau kita sekedar menjual wisata saja, katakan curug. Orang ya lama-lama akan bosan, dan kita pun hanya akan mendapatkan parkir serta tiket masuk saja,” ungkapnya.
Aan menyarankan agar pengelola desa wisata melirik hal yang ringan terlebih dahulu. Seiring perkembangan waktu serta kemampuan sumber daya manusianya semakin memadai, pengelola bisa menatap hal yang lebih besar dengan menawarkan ke berbagai instansi yang ada.
“Dalam tahap awal, kalau SDM kita belum siap. Kita bisa memanfaatkan SDM dari desa wisata yang lain di Purworejo, atau bahkan mendatangkan dari luar kota yang kita nilai mampu,” tambahnya.
Selain itu, desa wisata juga harus berbenah dimana mereka juga menggandeng para pelaku ekonomi kreatif untuk bisa memanfaatkan kunjungan wisatawan yang ada. Sehingga wisatawan saat datang, tidak perlu mencari oleh-oleh di tempat lain namun sudah tersedia di tempat terseut.
Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata, Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dinporapar Purworejo, Agung Pranoto mengungkapkan pelatihan Fasel tersebut diikuti 40 peserta dari 15 desa wisata.
“Peserta ini berasal dari desa-desa wisata di Purworejo yang memang benar-benar siap untuk berkembang. Harapan kita mereka akan bisa menyerap pengetahuan yang diperoleh dan bisa diaplikasikan di desa wisata yang mereka kelola,” kata Agung.
Menurutnya, peserta dari 1 desa wisata bisa lebih dari 1 orang. Tujuannya, agar mereka bisa saling bekerjasama untuk mengembangkan potensi yang ada di desanya.
Lebih jauh Agung mengatakan jika kegiatan ini berasal dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang disalurkan melalui dana alokasi khusus non fisik tahun 2024.(*)
Baca Berita Pantura