PURWOREJO-Ibarat kata, Purworejo menjadi wilayah seksi yang akan menjadi perlintasan dari pengguna moda angkutan udara ataupun darat di Jawa Tengah bagian selatan.
Pembangunan tol, baik Cilacap-Yogyakarta ataupun Bawen-Yogyakarta akan menjadikan arus lalu lintas ke bandara internasional Yogyakarta International Airport (YIA) akan meningkat. Purworejo sendiri akan memiliki dua exit tol untuk Cilacap-Yogyakrta, sementara dari tol Bawen-Yogyakarta ada exit tol di Mungkid akan lebih memilih akses transportasi melalui Purworejo.
Belum lagi dengan selesainya pembangunan Bendungan Bener Purworejo dimana akan meninggalkan jalan besar yang menjadi akses penyambung ke Borobudur. Realisasi dari berbagai kegiatan nasional itu sendiri bisa terealisasi sekitar 2-3 tahun lagi.
Baca Berita Pantura

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kepemudaan, Olaraga dan Pariwisata Kabupaten Purworejo Stephanus Aan Isa Nugroho di hadapan peserta Pelatihan Pengelolaan Desa Wisata di Hotel Sanjaya Inn, Senin (8/7/2024). Kegiatan ini sendiri melibatkan 40 peserta dari 17 desa wisata yang ada di Kabupaten Purworejo dengan melibatkan akademisi dan praktisi wisata baik dari dalam maupun luar Purworejo.
Baca juga : Ini 10 Desa Yang Diuji Paket Wisatanya
“Ini adalah potensi bagi Purworejo. Apakah kita hanya akan puas melihat kalau jalanan di Purworejo itu ramai dengan arus lalulintas itu?” tanya Aan kepada peserta.
Dia meminta pelaku desa wisata untuk menangkap peluang tersebut. Walaupun tidak memiliki destinasi yang kuat, dengan kesungguhan dan tekat besar para pengelola wisata, dirinya optimis, Purworejo akan bisa memunculkan wilayah yang bernilai wisata tinggi.
“(Desa) Rintisan tidak masalah, nanti kita menata bareng,” jelas Kadinporapar.
Diakuinya, dibanding dengan daerah lain yang menjadi tetangga, Purworejo memang relatif tertinggal. Aan menyebut Magelang sudah sangat maju dengan kunjungan wisatawannya, Wonosobo juga memiliki berbagai agenda wisata bernilai nasional, demikian halnya Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Dana Keistimewaannya.
“Kita akui, kita memiliki keterbatasan, tapi bukan berarti kita tidak bisa berbuat apa-apa. Saya mengajak semua pengelola desa wisata itu berusaha untuk menjadikan Purworejo ini daerah ampiran yang potensial,” kata Aan.
Lebih jauh, Aan menyebut jika peserta yang mengikuti pelatihan itu merupakan desa-desa wisata yang siap bekerja karena bisa dengan cepat menangkap penawaran dari Dinporapar Purworejo. Pihaknyapun memang mencari wilayah yang memang siap diajak bekerja keras.
“Mereka yang siap tumandang gawe, akan kita priroitaskan,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Aan juga mengatakan seorang pengelola desa wisata harus memiliki tiga modal. Yakni gila, siap dipaido dan menjadi seorang pemberani. Gila yang dimaksudkan adalah orang yang memiliki kegilaan dimana mampu melihat potensi atau peluang untuk dijadikan sesuatu yang bernilai jual.
Sementara wani dipaido dimaksudkan mereka siap untuk dilihat dengan sebelah mata oleh lingkungan dengan tindakan gila yang dilakukannya. Sementara seorang pemberani adalah mereka yang berani untuk tetap berdiri menghadapi para pahlawan kesiangan saat apa yang diperjuangan itu memberikan hasil.
Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata, Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dinporapar Purworejo, Agung Pranoto menyampaikan Pelatihan dan Pengeloaan Desa Wisata yang menggunakan anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) non fisik 2024 dari Kemenparekraf.
“Kegiatan ini memiliki tujuan untuk memberikan bekal ketrampilan pengelola dan calon desa wisata di Kabupaten Purworejo serta untuk menggiatkan kembali aktiviatas desa wisata serta mendorong kesiapan desa-desa wisata itu untuk memanfaatkan posisi Purworejo yang saat ini sangat menguntungkan ini,” kata Agung Pranoto.
Kegiatan pelatihan itu berlangsung mulai Senin (8/7/2024) dan akan berakhir pada Kamis (12/7/2024). (*)
Baca Berita Pantura
