PURWOREJO-Masyarakat dan pemerintah Desa Banyuasin Kembaran, Kecamatan Loano saat ini sedang berupaya menjadikan desa tersebut sebagai desa agriwisata. Berbekal potensi sumber daya alam serta sumber daya manusia sekaligus sebagai salah satu daerah penyangga kawasan Badan Otorita Borobudur (BOB) membuat desa ini yakin untuk mewujudkan rencana tersebut.
“Banyuasin Kembaran sebagai penyangga BOB, 50 hektar lebih kawasan BOB berada di Banyuasin Kembaran. Dalam pengembangan BOB, saya berharap kita tidak sekadar menjadi penonton tapi harus menjadi pemain,” kata Kepala Desa Banyuasin Kembaran, Ahmad Abdul Azis dalam pertemuan bersama Camat Loano, perangkat desa serta beberapa warga, Kamis (24/8/2023).
Terkait upaya menuju desa agriwisata itu ada dua komoditas yang hendak ditonjolkan, yakni sentra penghasil buah manggis serta aneka kerajinan masyarakat yang memanfaatkan tanaman mendong sebagai bahan baku.
Baca Berita Pantura

Abdul Azis mengemukakan saat ini sudah ada puluhan ribu pohon manggis di Banyuasin Kembaran. Separuh diantaranya sudah mulai berbuah dan siap dilakukan panen raya pada November hingga Desember mendatang.
“Di Banyuasin Kembaran ada sebanyak 580 KK. Setiap KK rata-rata memiliki 100 pohon. Untuk tanaman perkebunan kedepan diharapkan Manggis menjadi icon bagi Desa Banyuasin Kembaran. Kami akan terus melakukan sosialisasi agar warga terus membudidayakan tanaman manggis,” ujarnya.
Ia menceritakan bahwa selama ini panen buah manggis yang dilakukan warga dijual melalui pengempul serta pedagang eceran. Selain dijual belikan di pasar lokal dan daerah lain Manggis dari desa ini juga di ekspor ke sejumlah negara wilayah Asia, Amerika maupun Eropa.
“Kami berfikir bahwa manggis adalah komoditas yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi, dari buah hingga kulit semua laku dijual dan peminatnya banyak. Kedepan kami berharap warga tidak hanya menjual dalam bentuk buah namun juga bisa menjual dalam bentuk olahan, termasuk olahan dari sari kulit manggis sehingga ada nilai lebih yang didapat,” katanya.
Camat Loano, Andang Nugera Hatara pada kesempatan itu pun memberikan gambaran bahwa Banyuasin Kembaran merupakan pintu masuk menuju kawasan BOB. Agriwisata dinilai sebagai konsep yang tepat untuk dikembangkan di wilayah ibu kota kecamatan tersebut.
“Saya sudah berkoordinasi dengan Dinas Penanaman Modal, yang harus kita persiapkan sekarang adalah data, berapa total populasi pohon manggis, hasil panenya bagaimana, rencana pemasaranya seperti apa dalam bentuk apa dan lain sebagainya. Data-data ini dibutuhkan sebagai gambaran untuk membaca peluang serta akses pasar,” kata Andang.
“Begitu pula untuk kerajinan mendong, perlu ada data yang jelas. Seberapa siap pengrajin kita, seberapa siap bahan bakunya. Bagaimana segmen pasarnya. Jangan hanya kelas lokal kita harus berani masuk di pasar global,” ujarnya.
Andang yakin SDM warga serta sarana prasarana di Desa Banyuasin Kembaran sudah cukup siap. Pemerintah kecamatan pun siap untuk mencari akses, terutama terkait pengembangan inovasi serta pemasaran.
Sumiarsih, salah satu pengrajin mendong menyebutkan saat ini sudah ratusan orang di desa tersebut menggeluti kerajinan ini. Selain unik, pembuatan kerajinan ini tergolong mudah sehingga banyak warga yang semula memproduksi besek memilik beralih menjadi pengrajin mendong.
“Produknya macam-macam, ada keranjang, tatakan rice cucker, hiasan dinding. Kami hanya memproduksi dan dapat upah, setiap dua minggu sekali nanti ada pengepul yang datang ambil,” ujarnya.(nif)
Baca Berita Pantura
