PURWOREJO-Pernikahan menjadi momen tidak terlupakan bagi sepasang ciptaan Sang Khalik untuk saling berjanji mengawali bahtera baru kehidupan bersama.
Tidak ingin melewatkannya, Dyah Binugraheni Moordwijayanti dan Dwi Wuriyanto melangsungkan momen sekali dalam kehidupan itu dengan menggelar prosesi yang unik. Mereka mengusung tema konstum Nusantara.
Ya, Dyah yang merupakan putri dari Tunung Subroto-Titi Prabandari dan Dwi Wuriyanto, putra dari Almarhum Subiyanto-Hatut Wuri Rahayuni. Resepsi pernikahan berlangsung di Ayam Bambu Kuning Purworejo, Senin (1/7/2024).
Baca Berita Pantura

Acara berlangsung sangat meriah, kedua mempelai yang melakukan resepsi pernikahan menggunakan Adat Jawa Solo Putri berlangsung dengan sangat khidmat dan sakral.
baca juga : Ensaku, Komunitas Cosplay Animenya Purworejo
Di balik kebahagiaan dan kesakralan Adat Jawa itu kedua pasangan tersebut dikelilingi oleh puluhan ahli rias Kabupaten Purworejo yang ikut serta dalam kepanitiaan pernikahan tersebut.
Berbagai kostum Adat Nusantara dikenakan para panitia maupun penerima tamu serta tamu undangan yang turut hadir dalam pernikahan. Kostum Nusantara seperti Adat Kalimantan, Papua, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sumatera, dan lain sebagainya.
Orang tua mempelai perempuan, Titik Prabandari mengungkapkan sebelum dilakukan resepsi, sehari sebelumnya yakni Minggu (30/6/2024) dilangksungkan upacara ruwat Kedono Kedini yang dilangsungkan di Omah Lesung Kebon Sejiwan Kecamatan Loano.
“Tradisi masyarakat Jawa itu dimaksudkan untuk membersihkan atau menyucikan individu dan tempat dari pengaruh buruk dari segala arah,” kata Titik Prabandari, Selasa (2/7/2024).
Upacara ini dilakukan dengan berbagai ritual seperti doa, persembahan, pergelaran wayang kulit, dan pembacaan mantra tertentu, yang dipercaya dapat mengusir roh jahat dan pengaruh negatif.
Dalam upacara yang dipimpin oleh dalang Ki H Sunarko ini, dua individu yang diruwat adalah Pahang Danang Supriyanta Subrata dan Dyah Binugraheni Moordwijayanti. Keduanya merupakan anak dari pasangan Tunung Subrata dan Titi Prabandari.
Ruwat Kedono Kedini menjadi momen penting dalam menjaga kesejahteraan dan harmoni, baik bagi individu maupun lingkungan sekitarnya. Upacara ini sekaligus melestarikan warisan budaya yang kaya dan penuh makna dari leluhur masyarakat Jawa. (*)
Baca Berita Pantura
